Selamat Idul Fitri teman-teman pembaca Todaydream, ya kalo ada hehe. Taqobbalallahu minna wa minkum, mohon maaf lahir batin. Lebaran kali ini agak berwarna dari lebaran tahun sebelumnya bagi saya. Jujur, momen lebaran yang paling berkesan adalah berlebaran di tanah rantau. Terhitung sudah dua kali Idul Fitri saya tidak mudik semenjak pandemi datang. Rasanya itu campur sekali. Sedih ya pasti, senang yaa dinikmati karena tidak terlalu busy dengan hiruk pikuk bermudik ria. Biasanya kalau akhir Ramadan udah keburu capek karena perjalanan mudik, ya jadinya engga bisa terlalu fokus.
Situasi saat Idul Fitri tahun 2020 jauh lebih tight dari tahun ini karena ketiadaan transportasi udara. Pada Mei 2020, jadwal WFH saya bersambung dengan masa libur lebaran, sehingga fulltime hanya me-time. Berbagai hal saya lakukan untuk tetap menjadi waras, hehe. Mulai dari berkebun mini, menata kembali kamar kontrakan, mencoba resep baru, belajar fotografi dan videografi, dan hal lainnya.
Saya akui pada bulan April-Mei-Juni tahun 2020 benar-benar sangat me-time. Berusaha kalem dengan situasi dan kondisi. Ternyata ada benarnya juga sih, berlama-lama mengurung diri juga tidak baik untuk kesehatan mental dan psikologi. Sebagai manusia tidak bisa terlepas dari kodrat sebagai makhluk sosial yang butuh interaksi. Bertatap muka lewat video-call memang masih terasa kurang lengkap. Kebutuhan untuk bertemu langsung tetap menjadi keinginan dan pada akhirnya suatu kebutuhan.
Beberapa hari sebelum hari lebaran, saya kayuh sepeda menuju toko bunga segar yang jaraknya 7 km dari tempat tinggal saya. Saat itu hari minggu pagi, sekalian gowes. Di kota ini jam Sembilan pagi itu udah kerasa terik sekali cahaya matahari, namun tidak menurunkan semangat saya. Akhirnya saya sampai juga di toko bunga incaran. Saya membeli beberapa potong bunga sedap malam, dan kembang lainnya. Yap, ke-BM-an ini hasil dari sekrol-sekrol di media sosial bahwa lebaran itu identik dengan bunga segar khususnya bunga sedap malam yang wanginya bisa semingguan.
Hal yang begitu berkesan adalah malam takbiran. Untuk pertama kalinya saya mendengar takbir berkumandang sedekat dan sejelas ini dengan tiada henti sampai esok hari saat solat id. Begitu terharunya saya di malam takbiran sampai-sampai pecah juga tangis, hehe. Auto rindu kampung halaman meski di rumah agak sulit mendengar takbir karena posisi masjid agak jauh. Jadi seperti malam takbiran di tanah rantau, ya, rame.
Sudah saya niatkan untuk membuat hidangan wajib khas rumah saya saat lebaran, yaitu ketupat sayur alias lontong padang. Gulainya berisi buncis dan kol (kubis). Tidak lupa saya hidangkan dengan lontong yang dibeli dari tukang ketoprak dan mie goreng pedas. Kalo di Padang, tidak lengkap rasanya kalo makan lontong tidak pake mie.
Lokasi masjid memang sangat dekat dari kostan saya, hanya berjalan satu menit udah sampai di teras masjid. Namun karena saya pikir tidak diadakan solat id, jadinya saya agak santai pada pagi hari itu. ketika saya coba melihat-lihat situasi sekitar kost dari lantai dua, ternyata orang-orang sudah mulai bergegas untuk solat id. Yah, saya telat. Terpaksa solat id mandiri di kost.
Empat jam hingga lima jam setelah solat id selesai, makin terasa sedih meski udah video-call dengan keluarga. Akhirnya saya putuskan untuk berangkat ke Bandung pada sore hari untuk bertemu dengan kawan lama. Sudah saya informasikan bahwa saya akan menginap sekitar dua hari di kontrakannya. Dia menyambut dengan baik karena juga merasa sepi sendiri. Kebetulan shuttle-bus masih beroperasi di hari H lebaran, tanpa ba-bi-bu langsung saja saya pesan. Pada akhirnya saya tidak menghabiskan libur lebaran sendirian.
Lain lagi cerita di lebaran tahun ini. E-ticket keberangkatan mudik ke Padang sudah terbit dari Bulan Maret. Saya begitu yakin akan pulang ke kampung halaman kali ini. Apapun syaratnya akan diusahakan. Seminggu sebelum hari H makin awut-awutan keyakinan saya, tidak ada persiapan sama sekali, alias udah ga niat untuk mudik padahal tiket murah sudah didapatkan. Dengan berbagai alasan yang saya pikir memang logis, akhirnya saya putuskan untuk refund tiket.
Sepuluh hari lamanya masa libur lebaran diberikan pabrik. Memang sayang kalau dipikir-pikir tidak digunakan untuk mudik. Tapi ya mau gimana lagi, saya udah engga 100% niat. Ditambah alasan basic, menghemat, menjadi prioritas. Mengingat nanti setelah lebaran begitu banyak rencana yang membuat tabungan terpangkas. Yasudah, dinikmati.
Kembali saya terharu dengan suasana malam takbiran, masih di komplek kontrakan yang sama dengan tahun sebelumnya. Wakaka, begitu betahnya saya ngontrak di sini ya. Kebetulan ada seorang teman kerja yang menemani saya karena dia juga engga mudik meski kampung halamannya sejengkal, Bandung. Jadinya saya engga sepi-sepi amat.
Lebaran tahun ini saya coba menu gulai tauco untuk menenami lontong Padang. Berbekal channel Uni Et di Youtube, gulai tauco saya sukses sekali. Hidangan wajib lebaran ini masih ditemani dengan mie goreng pedas manis dan tambahan lainnya. Udahlah pokoknya udah persis kayak di rumah, hehe.
Seharian saya video-call dengan sanak saudara juga teman sejawat. Sorenya saya dan teman saya pergi ke MCD untuk icip-icip ice cream khas MCD yang sudah lama saya inginkan. Yah. Hari lebaran kali ini hepi dengan segala kekurangannya.
Keesokan harinya, di hari ke-dua lebaran, saya dan teman saya ini berencana staycation di daerah Pluit karena kami ingin berkunjung ke PIK 2. Etapinya, mampir sebentar di district-8 di SCBD, untuk memenuhi ke-BM-an saya : menikmati gedung-gedung tinggi Jakarta.
Mission completed. Kami bergegas menuju hotel yang sudah dipesan. Namun disayangkan rencana ke PIK 2 tidak bisa diwujudkan karena PIK 2 tutup pukul 17:30 sedangkan kami baru beres di hotel pukul 17:00. Yah ndak cukup waktunya. Akhirnya kami terlunta-lunta saja di Baywalk.
Dikarenakan banyak yang enggak mudik, teman-teman seangkatan kuliah mengadakan temu kangen. Kami berkumpul dan bertamu di salah satu rumah teman di daerah Metland Transyogi. Ini salah satu momen yang membuat saya juga bersyukur dengan lebaran tahun ini. Meskipun engga bisa berkumpul dengan keluarga, setidaknya bisa berkumpul dengan keluarga kedua (teman angkatan kuliah) di tanah rantau. Semoga sukses semua yaa dengan urusannya masing-masing. Semoga dimudahkan kembali untuk temu kangen berikutnya.
lontongnya lembut banget, lontong kacau terenak yang pernah dirasakan |
Salam dari perantau Refindent |
2 silakan tinggalkan komentar ya teman pembaca :)
Wooo melihat menu makanan lebarannya langsung pengen ajak tos nih sesama anak rantau Sumatra hehehe. Ini udah ke-3x nya aku ga lebaran bersama keluarga (yang pertama karena KKN) tapi tetep aja gak bisa dibilang biasa karena menu makanan lebaran yang beda banget. Aku yang ga terbiasa makan opor ayam dan teman-temannya jadi tidak merasakan lebaran yang sesungguhnya.
ReplyDeleteUntungnya tahun ini aku diizinkan untuk ke rumah sodara ku oleh ibu kos jadi bisa makan juga tuh lontong + tauco dan mie. Bedanya aku makannya lontong dan mie medan hehehe. Semoga tahun depan semuanya udah bisa berkumpul dengan keluarga lagi ya 🙏
Haiii tika,
DeleteSelamat datang di todaydream, terima kasih banyaak sudah mampir yah...
Alhamdulilllah apapun kondisinya kita syukuri yah..
Emang bener banget, memasak masakan kampung halaman adalah obat penawar rindu paling akurat bagi aku, meski suasana aslinya engga dapet, tp yang penting ke-BM-an masakan kampung halaman terpenuhi, soalnya kalau beli-beli juga belum tentu ada yg cocok rasanya, jujur aku hobi banget ngesurvey lontong padang/sate padang/nasi padang mana yg terenak di daerah dekat sinii, haha yg paling mendekati asli, pasti akan sering repeat order
Semoga kondisi segera benar benar normal seperti sebelum pandemi amiin
silakan boleeh komentar yaa