Padang Savana Sembalun - Pendakian Gunung Rinjani #2
Padang Savana Sembalun - Pendakian Gunung Rinjani #2 - Sebelumnya saya
ucapkan terima kasih bagi teman pembaca yang begitu bersemangat membaca
perjalanan pendakian Rinjani part 1. Lumayan banyak yang menunggu kelanjutan
cerita singkat ini. Terima kasih, ya…. Berkat teman pembaca semua, saya jadi
begitu terharu hingga tiap kali membaca komentar pasti senyum saya merekah.
Yap, seperti itu rasanya bercerita lewat blogpost. Setidaknya bagi teman
blogger pasti juga merasakan hal yang sama.
Mari saya
lanjutkan cerita pendakian Rinjani part 2….
Trip pendakian
ini dalam jumlah besar, kalau engga salah membernya hampir mendekati angka 50
orang. Kami terbagi menjadi tiga rumah singgah. Kebetulan, tim meet point
bandara mendapat rumah singgah yang sama, begitu pula dengan tim darat – laut
yang sudah lebih dulu sampai di rumah singgah. Seperti di cerita sebelumnya,
rumah singgah ini adalah rumah warga yang sengaja dipakai beberapa hari untuk
menampung para pendaki. Jadi sementara waktu penghuni rumah tidak tinggal di
rumah tersebut melainkan “nebeng” dulu di rumah saudaranya yang berada di dekat
situ.
Kamar perempuan
dan laki-laki dipisah di rumah singgah saya ini. Kebetulan lagi saya sekamar
hanya berdua dengan mbak dari Palembang. Kemudian tiga kamar lagi diisi oleh
teman pendaki laki-laki bersamaan dengan panitia open trip. Semua barang ada
dimana-mana. Keril, sepatu, dan perlengkapan pendakian lain satu per satu
dikeluarkan untuk dipacking ulang. Jadi hanya barang yang tidak dipergunakan
saat pendakian yang akan ditinggal di rumah singgah.
Pemilik rumah
singgah saya ini amat baik. Kami dimasakin nasi bumbu ayam – sayur buncis khas
Sembalun katanya. Nasi ini dibungkus dengan kertas nasi berwarna coklat.
Porsinya pas sekali bagi saya entah mungkin terasa kurang bagi kaum laki-laki.
Campuran sayur buncis dengan bumbu kelapa seperti bumbu di ayam bumbu khas
padang membuat nasi ini menjadi unik. Saya lupa apakah ada sambelnya atau
tidak. Tapi beneran enak sampai-sampai saya dm khusus mbak yang punya kamar di
rumah singgah tersebut untuk menanyakan resep. Segitunya memang kalo udah
kepengen, hehe.
Malam itu kami
juga briefing sebelum beranjak tidur. Briefing dipimpin oleh perwakilan panitia
open trip, menginformasikan mengenai perjalanan esok hari ke Gunung Rinjani.
Duh, deg-degan parah. Pertanyaan dan penasaran “bisa gak ya?” terus menari-nari
di dalam kepala saya. Setelah melihat banyaknya teman seperjuangan, semangat
saya kembali pulih dan rasa cemas berkurang, sedikit.
Malam yang cukup
singkat, membawa lelah dalam tidur, saya lumayan tertidur pulas. Subuh datang
lalu kami satu per satu bergantian memakai kamar mandi. Hingga matahari pagi
kian tinggi dan langit begitu cerah. Saya kebagian kamar mandi diujung waktu,
sehingga saya mencoba mencari kamar mandi kosong di rumah singgah yang satu
lagi, tepat berada di seberang rumah singgah saya.
Hampir mendekati
pukul delapan pagi waktu setempat (WITA). Akhirnya satu per satu tim siap
dengan keril dan semangatnya. Mobil bak sudah menunggu kami di depan gang.
Ternyata tim di rumah singgah lainnya sudah lebih dulu berangkat menuju pos
pendaftaran. Wah, kayaknya tim rumah singgah kami agak lelet, iyaa maklum
karena mendekati subuh pun masih ada yang baru sampai di rumah singgah, pasti
lelah dalam perjalanan menuju Sembalun.
Kami sampai di
pos pendaftaran pendakian Gunung Rinjani melewati gapura geopark Rinjani.
Mobil-mobil bak sudah parkir di tepi-tepi jalanan, cukup mempresentasikan
jumlah peserta yang hampir mendekati 50 orang. Awalnya saya pikir beberapa dari
mereka adalah tim lain yang kebetulan bareng mau start. Ternyata sesampainya di
titik awal pendakian yang mana semua dikumpulkan membentuk barisan lingkaran
barulah saya sadar bahwa tim ini dalam jumlah besar.
Perjalanan ke
titik awal pendakian
Ketua panitia
open trip – bang adul, memandu peserta untuk briefing. Beliau sedikit
memberikan arahan mengenai kondisi medan yang akan di tempuh nanti. Singgah di
tepi Danau Segara Anak adalah bonus, katanya. Mengingat trek menuju danau masih
belum pulih. Jadi ya serba tidak pasti. Saya sih tidak terlalu menggantungkan
harapan tinggi-tinggi, sampai di Pelawangan dan summit attack aja udah
bersyukur banget. Namun pihak open trip masih mengusahakan kemungkinan untuk
camp di tepi danau tergantung kondisi cuaca nantinya. Berhubung memasuki akhir
tahun, yang biasanya musim hujan dimana-mana.
Dibekali nasi
ayam bumbu – sayur buncis lagi, kami bergerak dari titik awal pendakian menuju
pos 1 tepat pada pukul Sembilan pagi waktu Indonesia tengah. Bekal nasi bungkus
ini ide bagus menurut saya. Jadi kalo lapar bisa langsung dimakan. Engga perlu
tunggu masak dulu seperti pendakian-pendakian sebelumnya. Praktis, lah. Jadi
setiap peserta sudah mengantongi bekal makan siangnya.
Pihak panitia
open trip tidak mengharuskan peserta harus selalu berjalan bersamaan. Peserta
secara bebas mengikuti ritme “geng” manapun, ya berhubung ada sekitar 50 orang
peserta kan, susah juga untuk menyamakan ritme langkah. Jadi ya memang akan
terbentuk kelompok-kelompok tertentu. Beberapa memang dari awal sudah membentuk
tim dari daerah asalnya, seolah tak terpisahkan. Berhubung saya adalah salah
satu peserta solo dari Jakarta, mau engga mau saya harus membaur dengan
kelompok lain. Di awal perjalanan saya gabung dengan tim dari Surabaya dan
Malaysia. Ternyata ini menjadi permulaan dari persahabatan kami.
Berjalan 100-200
meter dari titik awal pendakian, kami disambut oleh sapi-sapi ternak di sisi
kanan. Kemudian mendekati 1km, kami bertemu dengan sungai kecil. Trek masih
landau dengan tanah padat dan ada beberapa batu-batuan khas dekat sungat.
Rinjani tampak gagah dari posisi ini. Peserta masih terlihat bejejer rapi
dengan ritme langkah santai.
Bukit Pemanasan
Dua puluh menit
berlalu hingga kami mendapati bukit yang lumayan tinggi di depan mata. Bukit
ini sedikit terjal dengan bebatuan karst, bisa disebut sebagai bukit pemanasan.
Tampak di kejauhan beberapa peserta sedang menaklukan bukit berbatu itu. Mental
saya langsung lemah. “Baru 20 menit aja udah ketemu bukit, gimana abis ini
dong”, pikir saya. Namun dengan style sok kalem saya masih terus ikutin ritme
teman lainnya sampai saya sudah berada tepat di posisi akan memulai petualangan
mendaki bukit pertama ini.
Melangkah dengan
begitu hati-hati alias pelan-pelan karena engga mau terciduk jatuh, saya
kuatkan lutut dan betis. Sesekali saya terpaksa berhenti menghela napas
panjang. Batu-batu yang cukup bertumpuk banyak membuat medan menjadi sempit.
Trek ini mirip dengan trek Gunung Gede via Gunung Putri pos 4 menuju pos 5 yang
ada batu-batuannya. Atau mirip juga dengan trek Gunung Guntur via Citiis yang
ada batu-batuannya. Ya, mirip deh.
Entah berapa
menit berlalu, akhirnya saya sampai di atas bukit itu. Dan ternyata, hamparan
tanah datar menyambut. Saya coba balik badan dan terihat pemandangan lepas.
Sepertinya lebih cocok disebut bukit apa tebing yah yang tadi itu, hehe. Tidak
jauh dari tempat saya berdiri melepas penat dari menanjak bukit itu, berdirilah
gubuk kecil lengkap dengan tukang-tukang ojek yang sudah menunggu kami. Saya
kaget terheran-heran maksudnya apa gitu yak ok ada tukang ojek. Ternyata oh
ternyata bapak-bapak ini menawarkan jasa ojek untuk sampai di pos 2. Kami
apalagi saya yang tidak begitu paham sejauh apa jarak ke pos 2 mengurungkan
niat untuk menerima tawaran itu.
Kami mampir
sebentar di tanah agak lapang persis sebelum masuk hutan. Yap, ini lokasi ngaso
pertama. Tapi mesti hati-hati karena lumayan banyak ranjau dari sapi-sapi.
Selang beberapa menit kemudian ojek-ojek tadi sudah berpenumpang dan melesat
masuk hutan. Beberapa peserta melambai-lambaikan tangannya, ada juga yang
tersenyum malu-malu. Saya tergiur. Tapi masih urung. Tiba-tiba Emak menyetop
ojek yang masih mencari penumpang lalu menawari keril saya untuk dibawa,
judulnya sharing cost. Keril saya dihargai lima puluh ribu untuk diangkut
sampai pos 2. Wah, lumayan, pikir saya. Tanpa ba bi bu langsung saya sodorkan
keril 20kg itu. Kemudian saya melenggang dengan santuy menikmati trek selanjutnya,
haha.
Pemandangan Menakjubkan di Pos 1 – Pos 2
Lepas dari
ngaso, trek selanjutnya adalah hutan seperti trek awal di Gunung Putri Gede
namun ini hampir sepanjang jalurnya landai. Suasana teduh oleh pohon-pohon
membuat kami tidak terlalu kepanasan. Kurang lebih 20 menit akhirnya kami
keluar dari trek hutan ini. Lalu kami disambut oleh hamparan savana lapang tak
bertepi. Inilah salah satu view favorit Rinjani via Sembalun. Savana
berbukit-bukit kecil terlihat persis dengan bukit-bukit di teletubis.
Kami sampai di
pos 1 - Pemetan pada pukul 10.48 waktu setempat. Trek menuju pos 1 hampir
mendekati landai semua. Lagi pula pemandangan se apik ini membuat rasa capek
hilang seketika. Saya sudah salah duga yang mana awalnya saya pikir trek akan
langsung berbukit-bukit, padahal landai. Saya merasa menyesal menitipkan keril
di tukang ojek, etapi engga apa-apa biar save tenaga biar kuat gendong keril
lepas dari pos 2, ehehe pembelaan. Begitu seterusnya trek menuju pos 2. Trek
landai naik-turun tipis-tipis saja. Ohiya, tidak ada pohon ya, jadi benar-benar
hamparan savana lepas. Pohon baru ditemukan saat hampir mendekati pos 2.
Titik terakhir
ojek adalah pos 2. Tampak banyak motor trail berjejer dekat pos 2. Bapak-bapak
ini menunggu pendaki yang turun. Jadi ternyata jarak antara bukit pemanasan –
pos 1 – pos 2 memang panjang sekali. Jadi wajar saja harga awal jasa ojeknya
adalah 250rb. Pokoknya harus pintar-pintar nawar, tapi jangan tegaan banget ya.
Itung-itung buat bantu warga lokal.
Tepat
sebelum tanjakan pos 2 ada sumber air, kebetulan juga saya yang turun ke bawah
parit untuk mengisi botol-botol minum. Pukul 11:36 kami sampai di pos 2.
Ngasonya sebentar aja karena awan tampak mendung, tidak lagi cerah. Khawatir
nanti kelamaan di pos 2 malah ditinggal yang lain.
Pos
2 ini luas. Terdapat pondok-pondok dan pos jaga. Emak sudah sampai dari tadi,
hanya menunggu kedatangan saya untuk mengambil keril. Dengan semangat 45
kelompok saya melanjutkan kembali pendakian ke pos 3 pada pukul 11:50. Mulai
dari jalur ini lah kelompok-kelompok tadi terurai karena treknya mulai menanjak.
Juga akhirnya saya kembali menggendong keril kesayangan yang khusus saya beli
untuk pendakian Rinjani ini. Yok, semangat yok.
#bersambung.....
3 silakan tinggalkan komentar ya teman pembaca :)
Seru banget ya kak, bikin pengin mendaki hehe
ReplyDeleteWii akhirnya part 2 keluar yay!
ReplyDeletePerjalanan yang panjang ya mbak.
Duh kebayang banget dapet bekal nasi dari warga lokal yang baik hati hehe. Ngebantu banget kalau lagi laper, dan bisa jadi untuk motivasi kaki berjalan terus (sambil ngebayangin saat-saat membuka bekalnya nanti haha)
Ngaso-ngaso terus ya mbak Sonyaa, dari foto-fotonya keren banget.. aku ngga sabar pengen bisa cepat-cepat naik gunung Rinjani. What a dream come true!
Aku tunggu part ke-3 ya hehe!
panjaaaaang banget, sama kayak jalurnya yang panjaaang.
Deleteiya banyakan ngaso nya karena kita pilih santai, engga terlalu memaksakan karena sampai di Sembalun aja udah panjaaang banget perjalanannya
semoga kamu bisa segera ke Rinjani ya, berkabar kalau mau siapa tau aku bisa join haha
silakan boleeh komentar yaa