Gunung Artapela : Romantisnya Sunrise di Puncak Sulibra
Gunung Artapela : Romantisnya Sunrise di Puncak Sulibra - Mulanya Gunung Puntang adalah tujuan kami. Namun karena cuaca sedang tidak
mendukung maka niat camping di Gn. Puntang kami urungkan. Lagipula setelah
riset dan survey ke berbagai sumber, ternyata pendakian ke Gn. Puntang tidak
direkomendasikan saat akhir January 2020 kala itu. Menurut informasi pihak
basecamp, saat musim hujan begitu sangat rawan terjadi longsor.
Cukup alot diskusi kami di grup untuk memutuskan tujuan pengganti. Semua gunung yang ada di sekitar Bandung sudah masuk list. Tidak lupa saya juga review melalui kanal youtube. Jaman sekarang mencari informasi apapun bisa melalui youtube. Ternyata saya menemukan vlog pendakian Gunung Artapela. Kemudian buru-buru saya share di grup. Akhirnya, kami satukan suara maka terpilihlah Gunung Artapela.
Seperti biasa tim kami memilih transportasi mobil pribadi, ohya mobil sewa
maksudnya. Kebanyakan anggota tim berangkat dari Jakarta, saya tentunya di
jemput di Karawang. Seolah sudah menjadi kebiasaan buat ngaret, saya baru di
pick up pada tengah hari di Sabtu siang.
Drama
Tersesat
Perjalanan via tol ke Bandung lumayan ramai lancar saat itu. Melewati
Bojongsoang, kami terpaksa putar balik karena ternyata ada banjir sehingga
semua kendaraan putar balik. Kami kembali mengikuti maps kemudian menuju
Pangalengan.
Tiba di area kebun teh yang begitu luas, kami tersesat. Sempat bolak-balik
hampir lima kali dari kebun teh ke gerbang geothermal milik Pertamina. Kami
pikir gerbang tersebut adalah jalan pintas ke basecamp Artapela sesuai jalur di
maps. Pada perhentian terkhir, kami menyerah dan menunggu di depan gerbang
geothermal itu. Tak lama penjaga bangunan di seberang gerbang melambaikan
tangan kemudian kami hampiri untuk bertanya.
Sungguh bak drama untuk menemukan basecamp Artapela. Kami juga sempat
menelpon pihak basecamp untuk menanyakan keberadaan basecamp yangbenar dimana.
Dan ternyata kami memang salah jalan. Butuh waktu lebih dari sejam dan putar
balik untuk sampai di basecamp Artapela yang benar. Namun menurut warga sekitar
bahwa di daerah tersebut sebenarnya juga jalur lain. Setelah mendapat
directions yang cukup panjang dari security Geothermal Pertamina, akhirnya kami
memutuskan untuk mengikuti beberapa orang yang hendak ke Artapela menggunakan
motor.
Sudah hampir 5x bolak-balik |
Mobil terus melaju dengan pelan. Makin lama makin terasa enggak
sampai-sampai ya. Setiap menemukan warga sekitar sedang mengambil rumput untuk
ternaknya, kami sodori dengan pertanyaan untuk mencari tahu jalan yang benar.
Kondisi jalannya tanah berbatu-batu kecil namun masih bisa dilewati mobil.
Hingga kami berpapasan dengan truck pembawa hasil panen sawi, kembali kami
todong dengan pertanyaan-pertanyaan.
Pipa gas milik Pertamina |
Suasana jalan semakin sendu karena rintil-rintik hujan turun. Di sepanjang
jalan akan terihat pipa-pipa gas yang sangat besar. Ya, ternyata itu masih
kawasan geothermal Pertamina yang berada di lingkungan perkebunan. Menurut
directions, titik akhir yang kami jumpai adalah basecamp mininya Artapela tepat
sekali di dekat sumur gas.
Benar saja, setelah melewati trek panjang yang terus menanjak, kami akhirnya sampai di basecamp mini Artapela. Lokasinya memang tepat sekali berada di depan gerbang sumur produksi MBE Pertamina. Bunyi-bunyian gas sangat jelas terdengar juga bau-bau pupuk perkebunan warga yang di tumpuk di belakang pondok kecil yang kami sebut sebagai basecamp mini Artapela.
Melihat kondisi pondok
tersebut, saya rasa sih itu bukan pondok yang sengaja dibuat untuk basecamp
Artapela melainkan itu adalah pondok milik warga yang berkebun. Namun saat
sampai di sana, ternyata banyak anak-anak sekolah menengah bersama mentornya
(mungkin saja kakak pembina atau guru) yang sudah berbaris bersiap untuk
trekking ke Artapela. Selain itu ada truck pengangkut warga yang telah selesai
memanen. Diikuti dengan beberapa pendaki lainnya yang sampai menggunakan motor
dan angkot. Wah ternyata angkot hijau bisa sampai sini juga yaa...
Modal
Nekat Mendaki Terpaksa Tidak Bawa Stock Gas
Meski tidak jalur resmi, jalur yang kami lewati ini ternyata cukup banyak yang tau. Menurut informasi bapak penjaga pondok sekaligus penjaga kendaraan, hanya butuh dua jam paling lama untuk sampaidi area camp Sulibra. Artinya jalur ini memang jalur tercepat dan jalur pintas jika dihitung dari start parkir kendaraan. Namun jika dihitung dari daerah kebun teh tadi, sangatlah jauh. Berhubung jalurnya ke pondok parkir ini bisa dijangkau dengan motor dan mobil, maka akan terasa sangat hemat waktu.
Drama berikutnya adalah kami tidak membawa stock gas untuk memasak. Tadinya
teman kenalan saya akan menyusul menggunakan motor, ternyata baru dikabarin
kalau mereka akhirnya enggak bisa ikut karena terjebak banjir dan memilih
melanjutkan perjalanan ke daerah Lembang. Kami cukup stuck dan berdiam lama di
pondok parkiran memutar ide sementara pendaki lain sudah masuk ke dalam jalur
perkebunan.
Bisa dibilang bermodal nekat tanpa membawa gas, kami lanjutkan trekking
mengingat cuaca makin gelap. Di awal trekking, kita akan melewati pipas besar
lalu kemudian masuk ke hutan atau lebih tepatnya lahan perkebunan. Tidak ada
petunjuk yang jelas sehingga kami hanya mengikuti jejak sampah yang tersebar di
jalan. Tak lama rombongan pendaki lain kira-kira lebih dari sepuluh orang
menyusul kami sehingga bisa jadi follower mereka. Meskipun pada akhirnya mereka
hilang begitu saja karena ritmenya begitu cepat.
Trek jalur ini ternyata sangat mudah dikenali. Selain memang didominasi
oleh tanaman-tanaman dari perkebunan warga, juga dilihat dari kontur tanah
cekung panjang jelas sekali bekas dari motor trail. Dan benar sekali saat
perjalanan pulang, kami berpapasan dengan bapak-bapak komunitas trekking dengan
motor trail.
Terjebak
Hujan Badai
Kami terus mengikuti trek yang bekas dilewati motor trail, hingga hujan
lebat tiba-tiba mengguyur sedang gemuruh terus menggelegar. Terkadang saya
menjadi takut dengan suara gemuruh tersebut. Kontur tanah tiba-tiba menjadi
liat dan licin. Kemudian air mengalir deras mengikuti cekungan tanah, sehinga
mau tidak mau kaki harus berjalan di aliran air tersebut.
Hujan tidak kunjung berhenti, trek nya terasa semakin menyeramkan karena
air terus mengalir deras, khawatir sekali bisa terbawa arus. Hingga kami
melihat pondok kecil di tengah perkebunan yang lokasinya diatas trek yang kami
lewati. Dengan bergegas kami menggapai pondok tersebut untuk berteduh dan
menghindari arus air.
Sejauh mata memandang tidak kami temukan satu orang pun yang lewat. Hujan
masih saja turun dengan lebat. Saya merasa ini adalah salah satu kondisi
perjalanan yang mencekam bagi saya. Dibekali trauma terseret air, saya tentu
sangat parnoan dan panik dengan trek yang sudah di lewati tadi saat mencapai
pondok tersebut. Tiba-tiba saya jadi teringat saat turun dari puncak Marapi,
tidak memakai alas kaki sementara hujan terus mengguyur badan sampai tiba di
basecamp.
Kami menunggu selama hampir setengah jam di pondok tersebut. Saya memutuskan
untuk menemani satu orang teman sebagai checker trek berikutnya tepat setelah
hujan agak reda. Setelah memberi kode untuk pemastian trek aman, barulah teman
lainnya yang masih menunggu di pondok kembali melanjutkan perjalanan.
Area
Camp – Puncak Sulibra
Kondisi trek menuju area camp ternyata masih dalam lingkungan perkebunan warga. Jadi ya trekkingnya enggak terlalu berasa hutan banget. Ilalang tinggi mendominasi jalan setapak. Akhirnya sampai di area camp yang sudah dipenuhi oleh tenda berwarna-warni.
Tim segera mencari lokasi camp yang sekiranya akan membuat nyaman. Ternyata
kami harus memilih lokasi pendirian tenda tepat di sebelah warung. Kenapa? Kami
berniat ingin meminjam kompor gas ibuk warung untuk memasak, karena akhirnya
tak satupun gas yang kami dapatkan. Apa boleh buat kan, kami terpaksa memelas
kepada ibuk warung untuk dipinjam kompor gasnya. Tak lupa nantinya kami akan
berniat memberikan tip sebagai rasa terima kasih.
Alhamdulillah, ibuk warung bersama suaminya ini sangatlah baik. Beliau dengan
senang hati meminjamkan kompor gas berikut dengan alat-alat tempur masak
lainnya. berhubung juga bahan jualannya sudah habis terjual jadi tidak ada yang
akan di masak lagi. Saat bahu-membahu memasak, kami bercengkerama dengan ibuk
warung dan suaminya. Jadi inilah hikmahnya, kami mendengarkan banyak cerita
dari beliau tentang Artapela ini.
Sunrise
Indah dari Puncak Sulibra
Jadi, puncak Gunung Artapela dinamai dengan Puncak Sulibra. Di puncak
inilah area camp membentang luas dipenuhi rumput hujau pendek persis seperti
lapangan bola kaki. Dari Puncak Sulibra kita bisa mendapati sunrise yang
sungguh indah di pagi hari. Sembari menikmati sunrise, secangkir kopi ataupun
susu hangat terasa sangat nikmat.
Lagi-lagi kami dengan menahan malu meminjam kompor gas ibuk warung. Kembali
dengan mengobrol serta bercengkerama bersama pemilik warung, aih bisa banget
yak. Menu kami pagi itu adalah menu sejuta umat pendakian, yaitu nugget-sosis. Tidak
lupa juga sayur wortel-kentang-labu siam. Kebetulan semangka yang diidamkan
sudah waktunya dikeluarkan, karena ga asik aja kalo makan semangka pada malam
saat kami datang.
Seketika makanan ludes dan memang wajib habis tanpa sisa karena hari itu
juga kami akan turun, jadi beban di pundak lebih ringan. Setelah bersantai
sejenak akhirnya kami packing. Tampak pendaki lain juga sudah berangsur hilang
satu persatu. Tidak lupa kami berfoto terlebih dahulu di tiang Puncak Sulibra
sebelum start turun.
Sepanjang perjalanan pulang, kami habiskan untuk berfoto-foto karena ada beberapa spot yang ciamik. Perjalanan turun menjadi tidak terburu-buru, sangat santai karena kami ingin menikmati setiap langkah. Entah kapan lagi bisa trekking ke gunung.
Best Moments :
4 silakan tinggalkan komentar ya teman pembaca :)
Mantep mba Opi 👍👍
ReplyDeleteWah seru banget ya, melihat kehijauan bikin adem apa lagi kalo santai" disitu ya pasti sejuk hehe
ReplyDeleteHi, thanks in advance sudah berkunjung
DeleteIya seruu, leyeh-leyeh kayak di taman yang rumputnya rapiiih terjaga, bisa gogoleran deh
Seru ya, Kak bisa camping rame-rame bareng teman. Menikmati mentari sore,menikmati hijaunya rerumputan, tanaman
ReplyDeletesilakan boleeh komentar yaa