/> Gunung Artapela : Romantisnya Sunrise di Puncak Sulibra - Today-Dream

Gunung Artapela : Romantisnya Sunrise di Puncak Sulibra

By today-dream - 12/13/2020 04:34:00 PM

Gunung Artapela : Romantisnya Sunrise di Puncak Sulibra - Mulanya Gunung Puntang adalah tujuan kami. Namun karena cuaca sedang tidak mendukung maka niat camping di Gn. Puntang kami urungkan. Lagipula setelah riset dan survey ke berbagai sumber, ternyata pendakian ke Gn. Puntang tidak direkomendasikan saat akhir January 2020 kala itu. Menurut informasi pihak basecamp, saat musim hujan begitu sangat rawan terjadi longsor.

Cukup alot diskusi kami di grup untuk memutuskan tujuan pengganti. Semua gunung yang ada di sekitar Bandung sudah masuk list. Tidak lupa saya juga review melalui kanal youtube. Jaman sekarang mencari informasi apapun bisa melalui youtube. Ternyata saya menemukan vlog pendakian Gunung Artapela. Kemudian buru-buru saya share di grup. Akhirnya, kami satukan suara maka terpilihlah Gunung Artapela.



Seperti biasa tim kami memilih transportasi mobil pribadi, ohya mobil sewa maksudnya. Kebanyakan anggota tim berangkat dari Jakarta, saya tentunya di jemput di Karawang. Seolah sudah menjadi kebiasaan buat ngaret, saya baru di pick up pada tengah hari di Sabtu siang.

Drama Tersesat

Perjalanan via tol ke Bandung lumayan ramai lancar saat itu. Melewati Bojongsoang, kami terpaksa putar balik karena ternyata ada banjir sehingga semua kendaraan putar balik. Kami kembali mengikuti maps kemudian menuju Pangalengan.

Tiba di area kebun teh yang begitu luas, kami tersesat. Sempat bolak-balik hampir lima kali dari kebun teh ke gerbang geothermal milik Pertamina. Kami pikir gerbang tersebut adalah jalan pintas ke basecamp Artapela sesuai jalur di maps. Pada perhentian terkhir, kami menyerah dan menunggu di depan gerbang geothermal itu. Tak lama penjaga bangunan di seberang gerbang melambaikan tangan kemudian kami hampiri untuk bertanya.



Sungguh bak drama untuk menemukan basecamp Artapela. Kami juga sempat menelpon pihak basecamp untuk menanyakan keberadaan basecamp yangbenar dimana. Dan ternyata kami memang salah jalan. Butuh waktu lebih dari sejam dan putar balik untuk sampai di basecamp Artapela yang benar. Namun menurut warga sekitar bahwa di daerah tersebut sebenarnya juga jalur lain. Setelah mendapat directions yang cukup panjang dari security Geothermal Pertamina, akhirnya kami memutuskan untuk mengikuti beberapa orang yang hendak ke Artapela menggunakan motor.

Sudah hampir 5x bolak-balik


Mobil terus melaju dengan pelan. Makin lama makin terasa enggak sampai-sampai ya. Setiap menemukan warga sekitar sedang mengambil rumput untuk ternaknya, kami sodori dengan pertanyaan untuk mencari tahu jalan yang benar. Kondisi jalannya tanah berbatu-batu kecil namun masih bisa dilewati mobil. Hingga kami berpapasan dengan truck pembawa hasil panen sawi, kembali kami todong dengan pertanyaan-pertanyaan.


Pipa gas milik Pertamina


Suasana jalan semakin sendu karena rintil-rintik hujan turun. Di sepanjang jalan akan terihat pipa-pipa gas yang sangat besar. Ya, ternyata itu masih kawasan geothermal Pertamina yang berada di lingkungan perkebunan. Menurut directions, titik akhir yang kami jumpai adalah basecamp mininya Artapela tepat sekali di dekat sumur gas.

Benar saja, setelah melewati trek panjang yang terus menanjak, kami akhirnya sampai di basecamp mini Artapela. Lokasinya memang tepat sekali berada di depan gerbang sumur produksi MBE Pertamina. Bunyi-bunyian gas sangat jelas terdengar juga bau-bau pupuk perkebunan warga yang di tumpuk di belakang pondok kecil yang kami sebut sebagai basecamp mini Artapela. 




Melihat kondisi pondok tersebut, saya rasa sih itu bukan pondok yang sengaja dibuat untuk basecamp Artapela melainkan itu adalah pondok milik warga yang berkebun. Namun saat sampai di sana, ternyata banyak anak-anak sekolah menengah bersama mentornya (mungkin saja kakak pembina atau guru) yang sudah berbaris bersiap untuk trekking ke Artapela. Selain itu ada truck pengangkut warga yang telah selesai memanen. Diikuti dengan beberapa pendaki lainnya yang sampai menggunakan motor dan angkot. Wah ternyata angkot hijau bisa sampai sini juga yaa...




Modal Nekat Mendaki Terpaksa Tidak Bawa Stock Gas

Meski tidak jalur resmi, jalur yang kami lewati ini ternyata cukup banyak yang tau. Menurut informasi bapak penjaga pondok sekaligus penjaga kendaraan, hanya butuh dua jam paling lama untuk sampaidi area camp Sulibra. Artinya jalur ini memang jalur tercepat dan jalur pintas jika dihitung dari start parkir kendaraan. Namun jika dihitung dari daerah kebun teh tadi, sangatlah jauh. Berhubung jalurnya ke pondok parkir ini bisa dijangkau dengan motor dan mobil, maka akan terasa sangat hemat waktu.

Drama berikutnya adalah kami tidak membawa stock gas untuk memasak. Tadinya teman kenalan saya akan menyusul menggunakan motor, ternyata baru dikabarin kalau mereka akhirnya enggak bisa ikut karena terjebak banjir dan memilih melanjutkan perjalanan ke daerah Lembang. Kami cukup stuck dan berdiam lama di pondok parkiran memutar ide sementara pendaki lain sudah masuk ke dalam jalur perkebunan.


Bisa dibilang bermodal nekat tanpa membawa gas, kami lanjutkan trekking mengingat cuaca makin gelap. Di awal trekking, kita akan melewati pipas besar lalu kemudian masuk ke hutan atau lebih tepatnya lahan perkebunan. Tidak ada petunjuk yang jelas sehingga kami hanya mengikuti jejak sampah yang tersebar di jalan. Tak lama rombongan pendaki lain kira-kira lebih dari sepuluh orang menyusul kami sehingga bisa jadi follower mereka. Meskipun pada akhirnya mereka hilang begitu saja karena ritmenya begitu cepat.

Trek jalur ini ternyata sangat mudah dikenali. Selain memang didominasi oleh tanaman-tanaman dari perkebunan warga, juga dilihat dari kontur tanah cekung panjang jelas sekali bekas dari motor trail. Dan benar sekali saat perjalanan pulang, kami berpapasan dengan bapak-bapak komunitas trekking dengan motor trail.


Terjebak Hujan Badai

Kami terus mengikuti trek yang bekas dilewati motor trail, hingga hujan lebat tiba-tiba mengguyur sedang gemuruh terus menggelegar. Terkadang saya menjadi takut dengan suara gemuruh tersebut. Kontur tanah tiba-tiba menjadi liat dan licin. Kemudian air mengalir deras mengikuti cekungan tanah, sehinga mau tidak mau kaki harus berjalan di aliran air tersebut.

Hujan tidak kunjung berhenti, trek nya terasa semakin menyeramkan karena air terus mengalir deras, khawatir sekali bisa terbawa arus. Hingga kami melihat pondok kecil di tengah perkebunan yang lokasinya diatas trek yang kami lewati. Dengan bergegas kami menggapai pondok tersebut untuk berteduh dan menghindari arus air.



Sejauh mata memandang tidak kami temukan satu orang pun yang lewat. Hujan masih saja turun dengan lebat. Saya merasa ini adalah salah satu kondisi perjalanan yang mencekam bagi saya. Dibekali trauma terseret air, saya tentu sangat parnoan dan panik dengan trek yang sudah di lewati tadi saat mencapai pondok tersebut. Tiba-tiba saya jadi teringat saat turun dari puncak Marapi, tidak memakai alas kaki sementara hujan terus mengguyur badan sampai tiba di basecamp.

Kami menunggu selama hampir setengah jam di pondok tersebut. Saya memutuskan untuk menemani satu orang teman sebagai checker trek berikutnya tepat setelah hujan agak reda. Setelah memberi kode untuk pemastian trek aman, barulah teman lainnya yang masih menunggu di pondok kembali melanjutkan perjalanan.

Area Camp – Puncak Sulibra

Kondisi trek menuju area camp ternyata masih dalam lingkungan perkebunan warga. Jadi ya trekkingnya enggak terlalu berasa hutan banget. Ilalang tinggi mendominasi jalan setapak. Akhirnya sampai di area camp yang sudah dipenuhi oleh tenda berwarna-warni.

Tim segera mencari lokasi camp yang sekiranya akan membuat nyaman. Ternyata kami harus memilih lokasi pendirian tenda tepat di sebelah warung. Kenapa? Kami berniat ingin meminjam kompor gas ibuk warung untuk memasak, karena akhirnya tak satupun gas yang kami dapatkan. Apa boleh buat kan, kami terpaksa memelas kepada ibuk warung untuk dipinjam kompor gasnya. Tak lupa nantinya kami akan berniat memberikan tip sebagai rasa terima kasih.



Alhamdulillah, ibuk warung bersama suaminya ini sangatlah baik. Beliau dengan senang hati meminjamkan kompor gas berikut dengan alat-alat tempur masak lainnya. berhubung juga bahan jualannya sudah habis terjual jadi tidak ada yang akan di masak lagi. Saat bahu-membahu memasak, kami bercengkerama dengan ibuk warung dan suaminya. Jadi inilah hikmahnya, kami mendengarkan banyak cerita dari beliau tentang Artapela ini.

Sunrise Indah dari Puncak Sulibra

Jadi, puncak Gunung Artapela dinamai dengan Puncak Sulibra. Di puncak inilah area camp membentang luas dipenuhi rumput hujau pendek persis seperti lapangan bola kaki. Dari Puncak Sulibra kita bisa mendapati sunrise yang sungguh indah di pagi hari. Sembari menikmati sunrise, secangkir kopi ataupun susu hangat terasa sangat nikmat.


Lagi-lagi kami dengan menahan malu meminjam kompor gas ibuk warung. Kembali dengan mengobrol serta bercengkerama bersama pemilik warung, aih bisa banget yak. Menu kami pagi itu adalah menu sejuta umat pendakian, yaitu nugget-sosis. Tidak lupa juga sayur wortel-kentang-labu siam. Kebetulan semangka yang diidamkan sudah waktunya dikeluarkan, karena ga asik aja kalo makan semangka pada malam saat kami datang.




Seketika makanan ludes dan memang wajib habis tanpa sisa karena hari itu juga kami akan turun, jadi beban di pundak lebih ringan. Setelah bersantai sejenak akhirnya kami packing. Tampak pendaki lain juga sudah berangsur hilang satu persatu. Tidak lupa kami berfoto terlebih dahulu di tiang Puncak Sulibra sebelum start turun.

Sepanjang perjalanan pulang, kami habiskan untuk berfoto-foto karena ada beberapa spot yang ciamik. Perjalanan turun menjadi tidak terburu-buru, sangat santai karena kami ingin menikmati setiap langkah. Entah kapan lagi bisa trekking ke gunung. 

Best Moments :


















  • Share:

You Might Also Like

4 silakan tinggalkan komentar ya teman pembaca :)

  1. Wah seru banget ya, melihat kehijauan bikin adem apa lagi kalo santai" disitu ya pasti sejuk hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hi, thanks in advance sudah berkunjung

      Iya seruu, leyeh-leyeh kayak di taman yang rumputnya rapiiih terjaga, bisa gogoleran deh

      Delete
  2. Seru ya, Kak bisa camping rame-rame bareng teman. Menikmati mentari sore,menikmati hijaunya rerumputan, tanaman

    ReplyDelete

silakan boleeh komentar yaa