*Agustus, 2018*
Di-Dieng #2 – Pendakian Gunung Prau via Dieng - Pendakian ini kami mulai dari basecamp jalur Dieng. Untuk mencapai basecamp, kami harus melewati jalan kecil, kalau tidak salah ada spot melewati pemakaman. Sekitar pukul satu menuju dua kami tiba di basecamp. Namun kami tidak segera naik, melainkan packing ulang lalu melakukan kewajiban ishoma. Basecamp ini lumayan terawat dan penjaganya berjumlah cukup banyak. Jadinya tidak terlalu sepi. Berhubung kami baru sampai, basecamp ini terlihat sepi pendaki karena mereka sudah naik sebelum zuhur. Selang satu jam kemudian, kami mulai lah pendakian ini.
Di-Dieng #2 – Pendakian Gunung Prau via Dieng - Pendakian ini kami mulai dari basecamp jalur Dieng. Untuk mencapai basecamp, kami harus melewati jalan kecil, kalau tidak salah ada spot melewati pemakaman. Sekitar pukul satu menuju dua kami tiba di basecamp. Namun kami tidak segera naik, melainkan packing ulang lalu melakukan kewajiban ishoma. Basecamp ini lumayan terawat dan penjaganya berjumlah cukup banyak. Jadinya tidak terlalu sepi. Berhubung kami baru sampai, basecamp ini terlihat sepi pendaki karena mereka sudah naik sebelum zuhur. Selang satu jam kemudian, kami mulai lah pendakian ini.
Peta pendakian jalur Dieng dapat
dilihat seperti ini.
Pos 1 Gemekan
Menuju pos ini didominasi oleh jalur
petani yang mana kiri-kanan adalah lahan pertanian. Mulai dari bawang daun,
kentang khas Dieng dan jenis tanaman lainnya. Jalurnya terus menanjak sedikit
demi sedikit. Karena ini merupakan awal, jadinya cukup engap menjelang
terbiasa. Dari basecamp butuh waktu sekitar 15 menit untuk tiba di pos 1.
Pos 2 Semendung
Masih ada signal handphone di pos
ini. Medan trek nya masih terus menanjak namun kontur tanah nya padat cenderung
berdebu pekat. Bagusnya pakai buff saat melewati jalur ini. Sampai lah pada “bukit
akar cinta” yang khas dengan pepohonan tinggi.
Karena banyak akar pohon cukup
membuat kami harus lebih hati-hati melangkah. Namun teriknya matahari tidak
langsung mengenai tubuh karena terbantu oleh daun pohon yang tumbuh rapat. Waktu
tempuh dari pos 1 ke pos 2 kami habiskan sekitar setengah jam.
Pos 3 Ranger
Medan yang dilalui ke pos 3 hampir
sama dengan perjalanan menuju pos 2. Ritme kami mulai bagus kembali sehingga
kami dapat melewati Batu Kayangan dengan lancar. Medan di jalur ini cukup
menguras tenaga karena debu tanah sisa dari langkah kaki makin tebal, juga
karena beberapa gundukan tanah besar mengharuskan membuat langkah kaki yang
panjang. Jika hujan pasti lah kondisi medan ini makin berbahaya karena rawan
licin.
Pos 4 Puncak
Iya. Kami sudah sampai di puncak
Prau.
Nah, jika via Dieng maka puncak akan
terlebih dahulu ditemukan baru bukit teletubis. Terdapat papan nama tanda bahwa
kami telah sampai di Puncak Prau 2.590 mdpl. Dilarang camp di area ini karena
di lokasi ini pernah terjadi peristiwa pendaki tersambar petir. Berhubung sudah
makin gelap maka kami teruskan perjalanan.
Tidak jauh dari area puncak tadi,
dengan turun sedikit dari puncak maka sampailah kami di area camp Telaga Wurung.
Sepertinya disini lah tempat yang tepat mendirikan tenda jika ingin ke puncak bagi
pendaki dari jalur Patak Banteng.
Trek berikutnya didominasi dengan padang
rumput yang coklat. Sepertinya jika musim hujan tanaman disini akan berwarna
hijau. Namun warna tanaman yang cenderung coklat emas ini memberi kesan lain seperti
berada di suatu padang rumput di luar negeri. Kabut pun mulai turun makin membuat
pemandangan serasa tidak di Indonesia.
Kami percepat langkah kaki karena
semakin gelap. Niatnya ingin mendirikan tenda di sunrise camp agar bisa merasakan
view gunung-gunung yang tampak dari Prau. Namun karena badan juga sudah letih
dan makin gelap, kami putuskan untuk mendirikan tenda di salah satu puncak
bukit teletubis. Tampaknya lokasi ini masih jauh dari area sunrise camp karena
dari area ini samasekali kami tidak bisa melihat gunung kembar.
Sunrise camp
Pagi datang. Pagi sekali kami bangun,
saat azan subuh kira-kira pukul empat lewat. Tentu masih gelap namun dinginnya
sungguh dingin karena ini musim kemarau. Suhu di gunung akan lebih dingin
dibanding saat musim hujan. Bergegaslah kami persiapkan sarapan ala kadarnya. Kemudian
kami teruskan untuk mengejar salah satu sunrise terbaik di negeri ini.
Matahari perlahan mulai naik membawa
warna emas nya yang indah. Satu kata: menakjubkan. Tepat sekali ini memang
sunrise yang mempesona. Sepanjang perjalanan menuju sunrise camp, kami ditemani
oleh hangatnya sinar matahari pagi.
Tak dikira-kira, sepertinya ada
ratusan pendaki telah berada di area ini. Tampak hamparan tenda warna-warni
memenuhi mata ini. Berhubung Agustus, maka mudah sekali dijumpai bendera
merah-putih. Artinya Prau adalah salah satu tempat favorit untuk merayakan
kemerdekaan bangsa ini. Dan kami juga tidak ingin ketinggalan mengabadikan
moment ini.
Kami cari lah spot yang sangat tepat
untuk menikmati si gunung kembar, Sindoro-Sumbing. Sangat jelas sekali terlihat
dua gunung ini. Sejauh mata memandang nun jauh disana, di sisi kiri kami duduk,
puncak Merapi dan Merbabu mencuat sedikit dari hamparan awan putih.
Cooking Time
Yap! Inilah moment paling
ter-menyenangkan bagi penulis sendiri. Masak-masak time, alias waktunya berkarya.
Sekembalinya dari sunrise camp, buru-buru kami bongkar semua bahan logistik
yang dibawa.
Semua anggota tim ambil peran. Memasak nasi, membuat telur dadar,
salad buah, minuman, nutrijel, aneka sayur dan tidak akan lupa menu favorit
saat pendakian yaitu mie. Jika ditanya seberapa nikmat, ini adalah moment makan
terenak yang sejauh ini dirasakan penulis. Terenak dan termewah. Salad nya kami
gilir hingga habis nyaris tak ada sisa, bahkan ingin tambah porsi.
Dua hingga tiga jam kami habiskan
untuk sesi makan dan berbincang-bincang. Kemudian kami putuskan untuk segera
packing untuk turun ke basecamp. Matahari semakin naik tanda makin siang. Waktu
yang kami punya sangat terbatas karena ini Minggu lalu besok Senin harus masuk
kerja. Kami akan kejar bus sore ke Terminal Mendolo.
Perjalanan turun kami buat sedemikian
asyiknya hingga ternyata ritme nya terbilang cepat. Mungkin ada yang tidak
sabaran ingin ke toilet atau memang sudah letih lutut dan tumitnya, hehe. Hingga
tiba di basecamp, kembali kami temukan petani lokal sedang memanen tanaman.
Pemandangan
yang sangat syahdu, pasti sangat menyenangkan sekali memetik bawang daun dan
kentang hasil jerih payah dari bercocok-tanam. Lepas dari bersih-bersih dan
packing ulang, kami dijemput kembali oleh driver bus mini yang kami tumpangi. Asyiknya,
kami kembali diajak berkeliling berburu oleh-oleh khas Dieng dan menikmati
wisata Telaga Menjer hingga mencicipi mie termahsyur, mie ongklok.
Sampai jumpa di tulisan DI-DIENG #3.
Sampai jumpa di tulisan DI-DIENG #3.
Bonus Allert!
Video perjalanan Dieng-Prau:
0 silakan tinggalkan komentar ya teman pembaca :)
silakan boleeh komentar yaa