Pendakian Gunung Talang nan Lanyah - Demikian judul yang dapat saya berikan untuk memulai cerita pendakian yang sangat telat update ini. Pada Maret 2017, selepas dari wisuda sarjana lah pendakian ini dilakukan. Sekitar tiga tahun lalu. Ini merupakan inisiatif beberapa sahabat saya—yang notabene nya sudah sering menggunung. Melewati beberapa drama terlebih dahulu sebelum start berangkat.
Berangkat dari salah satu rumah kontrakan sahabat,
kami beranjak menuju Kabupaten Solok pada sore menjelang Maghrib. Kami menempuh
perjalanan kurang lebih dua jam lebih menggunakan sepeda motor via jalan raya
Padang-Solok dimana akan melewati Sitinjau Lauik yang tersohor kelok nya. Sebelumnya
semua sudah kami persiapkan saat packing ulang di rumah kontrakan tadi. Dengan menggendong
carrier, kami bersama sepeda motor ini melesat cepat menyusuri jalan, sesekali
hujan turun memaksa kami untuk berhenti untuk menggunakan jas hujan.
Menuju kaki gunung ini, jalan ber-aspal yang dilalui
sudah sangat bagus. Kiri kanan dapat dijumpai perkebunan teh. Udara nya begitu
sejuk, dingin iya. Jalur ini jalur yang sama dengan tujuan Danau Kembar: Danau
Ateh Danau Dibawah. Gunung Talang ini berada di Kabupaten Solok, sekitar 40km
jauh nya dari Kota Padang. Ada empat kecamatan di sekitar kaki Gunung Talang
ini yaitu Danau Kembar, Lembang Jaya, Lembah Gumanti dan Gunung Talang. Kebetulan
kami naik via jalur baru saat itu, yaitu Aia Batumbuak. Jalur lainnya adalah
Batu Bajanjang.
Dimanjakan Pemandangan Perkebunan Teh
Biaya administrasi pendakian Gunung Talang sekitar 5
sampai 10 ribu kala itu, saya lupa tepatnya berapa, sedang untuk parkir motor
seperti biasa dimana-mana akan kena biaya 3 sampai 5 ribu. Lepas Isya barulah
kami mulai pendakian ini. Jika pendakian dilakukan pada pagi hingga sore hari,
maka dari Basecamp sampai pos 1 kita akan menikmati pemandangan perkebunan teh
pada kiri dan kanan jalan. Berhubung kami jalannya sudha gelap gulita, jadi ya
tidak bisa menikmati hamparan hijau kebun teh. Saat itu belum ada jasa ojek,
tidak seperti pendakian gunung di Pulau Jawa yang sudah banyak jasa ojek nya
hingga pos tertentu. Perjalanan terus naik melewati hutan tropis khas Sumatra. Saya
sendiri tidak begitu ingat bagaimana kondisi track saat itu karena naik malam. Hanya
saja beberapa kali kami mesti berteduh sebentar dari hujan. Menurut yang saya baca
sebelum menulis draft tulisan ini, saat ini sepanjang jalur menuju puncak sudah ada penanda
jalur yaitu dengan tanda asmaul husna berjumlah 99 tanda.
Camping Area nan Luas
Lagi-lagi saya tidak ingat pukul berapa saya dan tim
sampai di area camp. Saya sendiri sangat lelah ketika itu karena sudah kehabisan tenaga. Track nya sangat menguras tenaga. Sahabat saya yang pertama
sampai sudah memilihkan area camp yang pas lalu mendirikan tenda.
Pagi menjelang, terdengar suara azan dari arah pemukiman penduduk di bawah sana. Setelah cerah baru lah kami bisa melihat-lihat sekitar. Ternyata tenda saya berada di atas bukit kecil area camp. Dari tenda saya bisa melihat warna warni tenda pendaki lain. Untuk sampai ke sana, cukup berjalan turun sedikit dari area tenda saya didirikan.
Asyik nya Gunung Talang ini, teman sekalian tidak
perlu khawatir soal persediaan air. Sumber air dapat dijumpai di area camp yang
luas ini. Letak nya ada di tengah area yakni berjalan sedikit ke arah kaki
track saat akan summit. Dari area ini pun sudah sangat jelas terlihat di atas
sana puncak gunungnya juga bau khas belerang kawah nya dapat tercium.
Puncak Gunung Talang 2.597 Mdpl
Kegagalan saya menggapai puncak Talang kala itu benar-benar
menyisakan sedikit kecewa sampai saat ini. Saya memutuskan untuk tidak
melanjutkan perjalanan summit dengan alibi sudah capek lalu ikut menemani sahabat
yang juga sudah tidak kuat naik. Dari kami berdelapan orang, hanya lima orang
yang sampai puncak, sekalian melanjutkan misi untuk greeting anniversary
angkatan kuliah. Menurut cerita sahabat saya, di puncak akan dijumpai hutan
mati, yang saya lihat lewat foto, mirip sekali dengan hutan mati nya Gunung
Papandayan.
Cukup lama saya dan dua orang sahabat lainnya
menikmati “puncak” nya kami sambil duduk-duduk lalu mengabadikan moment melalui
beberapa foto. Dari sini tiga danau yang berada di Kabupaten Solok sudah dapat
terlihat, yaitu Danau Kembar dan Danau Talang. Jika cuaca cerah, puncak Gunung
Kerinci di Jambi akan mengintip dari kejauhan.
Sekembalinya sahabat saya dari summit attack, cuaca
di area tenda kami mulai berkabut. Buru-buru kami melakukan agenda terasyik menurut
saya dalam pendakian yakni memasak. Senda-gurau, canda-tawa selalu hadir dalam
setiap moment ini. Semakin dekat dengan alam, semakin dekat dengan sahabat-sahabat
seperjuangan.
Jalur Lanyah
Ini bagian yang paling berkesan bagi saya. Turun gunung.
Ini turun gunung kedua kali nya saat malam hari. Leader tim ini menetapkan
tetap turun saat gelap, lepas Maghrib. Saya mulai panik saat itu. rasanya tidak
ingin terulang kembali kejadian di Marapi lalu—turun hujan deras di malam hari
hingga tidak pakai alas kaki. Beneran kejadian, hujan deras datang hanya sesekali
saja kami berhenti lalu memutuskan untuk melanjutkan perjalanan karena sudah
keburu basah. Talang lanyah
selanyah-lanyah nya dikala hujan. Mendekati pos 1, saya jungkir-balik saat melewati track berlumpur
dalam lalu licin. Dikarenakan sepatu yang dipakai saat itu sudah tipis sol
bawah nya, jadilah saya kepeleset, hanya satu tangan entah kiri atau kanan yang
menopang seluruh badan. Agak lama baru sahabat yang dari awal turun menuntun
saya, membantu mengembalikan posisi badan normal, hehe. Parah ini lanyah abis.
Sekian kisah pendakian ketiga di Sumatra Barat.
Salam hangat,
dari kami,
Boy, Farizan, Fadila, Tomi, Atuak, Pinto, Rani
dan
dari kami,
Boy, Farizan, Fadila, Tomi, Atuak, Pinto, Rani
dan
Soniaaa.
0 silakan tinggalkan komentar ya teman pembaca :)
silakan boleeh komentar yaa