Academy NSBC 2014 #Beberapa Jam Lebih Dekat dengan Vikra Ijas
By today-dream - 12/09/2014 12:34:00 PM
Salah satu rangkaian acara NSBC
2014 yang pertama kali Limau Manih ikuti adalah Academy. Jadi begini, di
Academy ini peserta diberi pembekalan mengenai semua hal berkaitan tema NSBC
2014 yaitu “Energizing Youth Spirit Through Social Business Era”. Peserta
mendapat pelatihan social business dari pemateri keren-keren. Saya sendiri
begitu senang bisa berjumpa dengan orang-orang sukses dan kreatif seperti itu.
Mas Vikra Ijas, merupakan CEO dari
situs bisnis yang ngetop kitabisa.com. Coba teman-teman kunjungi situs itu, dan
bakal banyak disana bisnis kreatif yang meginspirasi. Dari materi yang
disampaikan Mas Vikra, saya mendapat ilmu yang tidak didapatkan di perkuliahan,
bagaimana teknik pitching yang benar. Udah tau pitching apa belum? Nah,
pitching itu dasarnya sama dengan presentasi. Hanya saja kalau presentasi lebih
fokus untuk menyampaikan ide maupun gagasan. Sedangkan kalau pitching, fokus
kasih informasi plus bagaimana membuat pendengar tertarik, intinya lebih
persuasif agar pendengar tertarik misalnya dalam bidang bisnis. Selain itu,
pitching juga bisa diartikan sebagai “ngobrol bareng”.
Akhirnya saya menuruti energi untuk menuliskan cerita panjang di kegiatan National Social Business Competition 2014 yang sempat saya ikuti awal November lalu. Setelah beberapa kali menunda-nunda, karena takut nanti jadi lupa terus karena sudah lama gak nge-draft buat blog juga. Entah mengapa, sepulang dari sana serasa punya semangat baru lagi. Bertemu dengan orang-orang baru bahkan serasa punya keluarga baru. Terlebih rindu dengan CEO-nya Mangurai Denim, Ein Luthfii yang banyak memberi inspirasi. Parah Ein, masih kangen sama suasana NSBC, belum bisa move on haha.
Sebenarnya saya juga gak nyangka bisa berangkat juga setelah beberapa hal memungkinkan untuk membuat keberangkatan itu batal. Perkara izin dari keluarga, perkara konsep dan materi yang belum matang, perkara biaya yang sebenarnya kesalahan tim juga sih. Intinya seriusan tim belum satu, belum solid. Entahlah, disini saya mungkin bisa menyampaikan. Jujur saya kecewa dengan tim karena memang tidak siap sedari awal. Niat awal memang hanya ingin mengikuti lomba dan tentunya goal-nya mau menang. Mungkin karena tim masih memiliki pengetahuan yang masih minim mengenai konsep dari social business itu sendiri. Tak apalah, dengan modal ide serta konsep yang entah benar atau tidak, Randang Pucuk Ubi berhasil menjadi salah satu finalis dari the big 15 of NSBC 2014. Saya sendiri selaku yang punya ide tentu begitu bangga. Karena usaha ini adalah usaha turunan nenek, tujuan lain saya ketika itu adalah ingin mengembangkannya menjadi salah satu produk khas Sumatera Barat. Toh dari awal memang ingin mencoba berbisnis, kebetulan ada teman yang mengajak dan mengenalkan tentang NSBC, mungkin disitu pula nasib RPU bisa lebih dikenal orang orang-orang di luar sana. Kata Pak De begini “pai juo wak pi? Haha”. Ya, serasa mustahil saja karena kami tidak yakin bisa berangkat, selain materi belum “tagok” juga karena cemas meninggalkan mandan-mandan kelompok praktikum. Berkat semangat dari mereka juga akhirnya bisa bilang “oke kami berangkat ya”. Terimakasih dulu buat mandan-mandan praktikum Sistem Produksi tercinta, yang sudah kasih waktu buat saya untuk menyibukkan diri di NSBC 2014.
Ini foto taken nya sebelum saya
berangkat. “Sakitnya itu disini” kala banyak sekali revisi laporan hehe
Pulang-pulang mandan-mandan ini
pokoknya harus dikasih oleh-oleh. Yalaah, oleh-olehnya buat mereka saja karena
saya juga gak sempat untuk pergi ke sana-sini untuk membawa sesuatu untuk teman
lain yang tinggal. Maafkan akuuuh u,u.
Banyaak sekali persiapan yang harus
dipikirkan. Ya, mikirinnya yang pusing, harus ini itu harus begini begitu sampe
saya sendiri nge-list apa aja yang bakal dibawa karena takut lupa. Penyakit
lupa yang kadang dibutuhkan tapi gak nurut eh giliran gak dibutuhin malah nurut
sejadi-jadinya. Berjam-jam hingga berhari-hari memandangi list rangkaian
kegiatan NSBC untuk seminggu full. Mikirin bawa baju berapa stel, bawa sepatu
apa, bawa sendal gak ya? bawa apaa ajaaa siiih ? O_O takutnya bawa kelebihan
barang ntar gak sanggup bawa.
Tiap pusing-pusing mikirin
keberangkatan, selalu ditemani teman kuning satu ini. Sayang, karena dia gak
bakal saya bawa.
Hingga tiba hari keberangkatan, Pak
Dede susah dihubungi, pas ditelfon eh malah gak diangkat habis itu nomernya gak
aktif. Haduh, sampe udah fix buat males berangkat meski tiket udah kebeli jauh
hari. Kalau tim gak solid begitu gimana mau bisa pergi coba kan? Yuhuuu.
Beberapa jam sebelum taksi nya datang, saya milih buat istirahat dulu karena
dari semalaman begadang buat packaging RPU yang bakal dibawa pas pitching.
Lelahnya luarr biasa sekali. Saya kalau lagi genting begitu susah sekali untuk
bisa tenang, bawaannya panik mulu. Packing barang-barang saya pun siang sebelum
sorenya pergi. Paraah, haha. Ya begitu lah saya, maafkan, lupakan ya!
Manusia
hanya bisa berencana, Tuhan lah yang menentukan
Kalimat yang tepat ketika tim Limau
Manih lagi on going ke bandara. Kecemasan galau antara jadi pergi atau gak
berganti menjadi siap apa tidak untuk pitching nanti. Oalah, satu masalah
lepas, masalah yang lain pun datang. Begitu Tuhan memberi jalan hidup pada
ciptaan-Nya. Namun bersama tim, saya menjadi lebih yakin dan percaya. Pak De
yang saya yakini bisa mengantarkan RPU sukses saat pitching serta Zack (huek)
yang saya percayai dengan logika cepat dan tepatnya--yakali karena IQ nya
paling tinggi. Sementara saya -__- hap hap, saya mungkin bisa nge-handle mereka
saja, bisa ngomelin mereka. Haha. Ohya, kata mereka saya suka marah-marah gak
jelas apalagi ketika banyak tuntutan tugas sebelum hari-H. Benar mungkin, aslinya
saya memang marah, kenapa tidak jika ketika semangat saya tinggi untuk
melanjutkan tugas sementara mereka gak peduli atau semacamnya. Tapi banyak
pelajaran dari sana, bahwa saya tertantang harus lebih bisa mengontrol emosi,
mempengaruhi anggota tim lainnya untuk kembali fokus pada tujuan Limau Manih.
Begitulah, sampai Limau Manih
touchdown ibukota pada malam harinya. Dan setelahnya semua pada mencar untuk
istirahat. Hari esoknya bakal first meet sama peserta NSBC 2014 lainnya.
Sambung-bersambung....
:D
HARKITNAS?
Ya, kita semua pasti kenal dengan Hari
Kebangkitan Nasional yang sering disingkat menjadi Harkitnas, tepatnya jatuh
setiap tanggal 20 Mei. Kebangkitan nasional merupakan bangkitnya semangat
nasionalisme kebangsaan dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, yang
artinya lepas dari penjajahan. Sedangkan Hari Kebangkitan Nasional adalah suatu
momen bagi kita-generasi penerus-untuk me-review
kembali apa-apa yang telah diperjuangkan oleh para pendahulu untuk kemerdekaan
Indonesia dan tentunya terus melanjutkan perjuangan itu sendiri.
Mengenai latar belakang adanya Harkitnas, sempat saya lontarkan pertanyaan kepada salah satu teman terdekat tentang Budi Utomo, yang mana merupakan salah satu hal yang sangat erat kaitannya dengan kebangkitan nasional. Ternyata teman saya tidak terlalu tahu betul mengenai sejarah adanya Budi Utomo. Sangat disayangkan memang. Masih banyak orang-orang yang dahulunya sempat mempelajari mengenai sejarah namun ketika sudah bertambah dewasa semuanya menjadi lupa, termasuk saya. Oleh karena itu, saya akan mengulas sedikit mengenai Budi Utomo untuk flashback kembali ke masa lalu tentang sejarah.
Zaman sekarang bisa jadi dikatakan zaman
internet. Segala bentuk kegiatan dapat dilakukan dengan menggunakan internet.
Pokoknya apapun bisa dilakukan dengan internet, mulai dari berbisnis,
berkomunikasi, belajar, dan sebagainya. Bahkan, saya sendiri mengenal internet
sudah sejak duduk di bangku SMP dan manfaatnya sudah banyak saya dapatkan.
Namun sampai sekarang pun rasanya sedikit
tertinggal kok saya mengenal internet agak telat ya, haha. Nah, beruntung
anak-anak yang tumbuh berkembang di zaman seperti ini yang sejak belia sudah
mengenal internet.
Sedikit ulasan mengenai internet. Internet
adalah kepanjangan dari Interconnection
Networking. Internet merupakan jaringan komputer yang begitu luas, dapat
menghubungkan antara pemakai komputer dengan pemakai komputer lainnya di
seluruh bagian dunia. Pada internet, ada yang dinamakan TCP dan IP. TCP adalah Transmission Control Protocol yang
digunakan untuk mengatur semua komponen yang ada dapat bekerja dengan baik dan
dapat digunakan. Sedangkan IP adalah Internet
Protocol yang berguna untuk mentransfer data-data yang telah ada dari satu
komputer ke komputer yang lainnya sehingga dapat saling berbagi informasi. Dan
untuk menggunakan internet dibutuhkan Internet
Service Provider yaitu semacam jasa pelayanan jaringan internet. Setelah
jaringan internet dapat tersambung dengan komputer maka kita dapat berselancar
di dunia maya.
Oh ya, dari tadi saya ngomong panjang
lebar tentang internet, dan apakah pembaca tau tentang internet? Ada yang
menjawab iya, dan ada yang menjawab tidak! Hah? Tidak? Bagi pembaca atau punya kenalan
yang tidak tau internet bisa jadi sedang menderita buta internet! Gawat juga
tuh, karena mungkin sebagian besar yang buta internet mengalami kurang pergaulan,
eh maaf. Tapi tenang, sesuai judulnya, di tulisan ini saya akan mencoba mengulas
mengenai obat sehat untuk orang yang sedang menderita buta internet, hehe.
Telaga dewi, Ranu Kumbolo-nya Singgalang - Gunung Singgalang adalah pengalaman pertama-nya
saya melakukan pendakian gunung. Sempet ragu se ragu-ragunya untuk ikut
rombongan karena saya sendiri memang mengidap tekanan mental ketinggian alias
takut ketinggian. Sampai sekarang jadi penasaran apa sih penyebab seseorang
bisa takut ketinggian, karna takut jatuh? Jatuh banget??Wk.
Kebanyakan orang yang sudah ahlinya nya melakukan
pendakian gunung sekitaran Sumbar bilang kalau trayek pendakian Gn. Singgalang
ga banget buat pemula. Apalagi yang seperti saya, yang sangat sangat bin sangat
amateur dalam dunia pendakian. Kondisi medannya dipercaya lebih berat daripada
Marapi apalagi Talang. Well, Kerinci katanya lebih dewa beratnya dari
gunung-gunung tadi. Marapi dan Talang menjadi tujuan favorit para pendaki
selingkup Sumatera Barat dan sekitarnya. Terlebih Talang, bisa PP alias pulang
pergi dalam sehari, hehe.
Pendakian pertama ini saya sangat excited,
maklum first experience. Segala hal jadi pengen dibawa, takut kedinginan, takut
kehujanan, takut kepanasan, takut kegelapan, takut jatuh, apalagi takut ditinggal
huhu. Rombongan bisa dibilang cukup besar, ada bersepuluh lebih orang. Jadilah
kita sharecost cuma Rp 50.000 per kepala untuk segala kebutuhan pendakian. Mulai
dari biaya transportasi, simaksi, logistik dan lainnya. Sebagai pemula saya
cukup nyaman dan aman dalam rombongan ini, karena kebanyakan sudah yang
berpengalaman.
Perjalanan dimulai dari kampus Universitas
Andalas. Meetpoint kita di jurusan sendiri. Butuh waktu tempuh kurang lebih 2,5
jam dari Padang ke Koto Baru Bukittinggi. Kita gowes menggunakan sepeda motor dengan
kecepatan tak tentu untuk sampai di basecamp pendakian Gunung Singgalang. Rata-rata
para pendaki dalam kota memang menggunakan sepeda motor untuk transportasi ke
tempat basecamp. Katanya lebih efisien dan menyenangkan.
Bagi para pendaki yang berasal dari luar kota, dari Bandara Internasional Minangkabau (BIM) bisa menggunakan transportasi umum seperti bis yang isi nya 15-17 orang dari Simpang Duku BIM ke Kotobaru Bukittinggi cukup kasih Rp 22.000 aja. Nanti turun di Gerbang Kenagarian Pandai Sikek, kira-kira 50 meter sebelum Pasar Koto Baru yang ditandai sama warung yang jualan kebutuhan mendaki. Dari Pasar Kotobaru bisa jalan kaki aja (haha) tapi lumayan jauh sekitar setengah jam menggunakan kendaraan untuk sampai ke basecamp, titik awal pendakian, nah saya saranin sewa ojek aja gitu, yakalo ada.
Bagi para pendaki yang berasal dari luar kota, dari Bandara Internasional Minangkabau (BIM) bisa menggunakan transportasi umum seperti bis yang isi nya 15-17 orang dari Simpang Duku BIM ke Kotobaru Bukittinggi cukup kasih Rp 22.000 aja. Nanti turun di Gerbang Kenagarian Pandai Sikek, kira-kira 50 meter sebelum Pasar Koto Baru yang ditandai sama warung yang jualan kebutuhan mendaki. Dari Pasar Kotobaru bisa jalan kaki aja (haha) tapi lumayan jauh sekitar setengah jam menggunakan kendaraan untuk sampai ke basecamp, titik awal pendakian, nah saya saranin sewa ojek aja gitu, yakalo ada.
Tim saya sampai di pos pendakian awal setelah Isya. Perjalanan dengan sepeda motor membuat anggota tim cukup lelah hingga disepakati kami camp malam itu. Terlebih mengingat anggota wanita yang newbie cukup banyak jumlahnya, harap maklum!
Malam pertama camp di kaki gunung berasa
something bagi saya. Dingin. Menusuk. Gelap. Tapi syukur masih nyenyak tidur
hingga pagi.
Sunrise di Kaki Gunung Singgalang
Udaranya begitu dingin, dan
katanya jika diatas puncak nanti akan lebih dingin dari ini. Waaaa, gak
kebayang, soalnya di kaki gunung begini aja udah kedinginan, Akhirnya subuh dating. Ya subuh itu indah dan kala itu dia bermula dari matahari yang
datang dari balik Gunung Marapi. Azan subuh terdengar dari kejauhan, dari
segala penjuru wilayah Padang Panjang dan Bukittinggi. Satu persatu lampu-lampu
penerang saat tengah malam tadi mulai hilang dan berganti dengan sinaran
matahari. Dan saya menjadi sangat rindu gunung dengan salah satu agenda
wajib mendaki, memasak. Hal yang membuat saya sangat gembira kaya anak kecil
dapat mainan baru, memasak di gunung.
Menu yang dibuat pun seperti sangat
nikmat ketika masih berada di kaki gunung, panas-panas. Bahhh, ga bisa diungkapin selezat
apa padahal yang dimasak ya menu andalan pendaki, mie-sosis-nugget-sarden dan
kawankawannya. To be honest, it’s more delicious than pizza or something like
that, etapi dengan syarat ya dimasak di gunung, yep.
Habis beberes dari camp semalam, tim langsung
bergegas untuk melakukan perjalanan. Saat itu sekitar pukul 10 pagi. Doa
bersama dulu. Semoga perjalanan lancar jaya, dan pulang dengan selamat.
Sesaat kemudian wajah sumringah habis makan
lezat langsung jadi pucat pasi. Baru aja beberapa meter. Ya Tuhaan, ternyata
begini, begini namanya yang naek gunung. Rasanyaa… kaga kuat. Perut kembung
seketika jadi keras ngebatu karna habis diisi full tenk. Hadeh, padahal baru
beberapa meter aja. Saya dalam hati berkecamuk, pingin pulang, udah aja. Tapi
ya ga mungkin, masa gitu aja udah nyerah. Nah! Itu dia feel nya naek gunung.
Kalau dikata sama mas jalanpendaki: Fall seven times, stand up eight! Maknanya,
biarpun jatuh berkali-kali tetapi harus bangkit, dan jangan jatuh lagi. Duh,
jatuh ya. Ck.
Seiring berjalannya waktu saya mulai terbiasa
mengikuti irama langkah kaki anggota lainnya. Jujur lah, saya gak mau di cap
sebagai gampang lemah, masa gitu aja udah nyerah. Ya gak lah! Jangan! Hehe. Beberapa
kali saya merasakan sesak napas karna baru mencoba rasanya bernapas di hutan,
eh di gunung. Hembusan napas keluar lewat hidung semua, padahal kan bagusnya
keluar lewat mulut perlahan-lahan. Maapkeun belum terbiasa, yap pantes karna
jarang olahraga juga jadi ga bisa atur napas dengan baik dan benar.
Ya, pendakian dari tempat camp
sebelumnya membutuhkan waktu kurang lebih 5 jam lebih untuk mencapai kaki
cadas. Kami sampai di kaki cadas Gunung Singgalang sekitar jam 3 sore dan baru
melanjutkan pendakian pukul 4 sore. Kala itu teman-teman kelelahan dan butuh
istirahat sebelum menaklukan cadas. Jadinya semua bobok cantik dulu di kaki
cadas. Pules, pake banget. Sampe mikir camp nya disini aja, ga usah ke telaga.
Yakali mau camp sendirian disana, ck.
Naik terus, tau-tau udah nyampe di cadas.
Katanya lokasi camp kedua berada di balik bukit cadas. Ya, cadas itu. Mau
nangis aja rasanya ngeliat cadas yang aduhai tinggi dan curamnya. Serasa ga mau
ikut lagi, haha ampun. Lalu benar saja, saya benar-benar merangkak di cadas.
Sesaat udah hampir selesai penderitaan bersama cadas, menengoklah saya ke arah
belakang. Ngeri, kawan. Gunung Marapi berdiri kokoh disana. Laksana ingin
menerkam yang kemudian saya bayangkan dalam pikiran, macam harimau aja mau
menerkam. Ck.
Kondisi medan selanjutnya agak becek-becek gak
karuan karena lumpur yang menipu. Tak apa lah sepatu non safety jadi korban
asal kaki tetap safety. Lumpur demi lumpur dilalui, kadang ada yang kecebur
sebadan-badan akibat kena tipu lumpur. Terkadang ada yang kakinya dimana eh
sepatu nya dimana karna ketinggalan di lumpur. Ada juga yang sangat sigap biar
ga kena tipu lumpur, dan mereka adalah golongan-golongan yang sudah
berpengalaman dengan dunia tipu menipu kondisi medan pendakian gunung.
Hingga akhirnya saya merasa putus asa sesaat,
mungkin juga anggota tim lainnya. Sudah mau magrib, sudah hampir gelap! Tapi
badan belum jua sampai di tujuan. Yang lain sesekali menyemangati –dikit lagi,
ayo dikit lagi- perasaan saya dari awal menanjak tadi bilangnya dikit lagi
terus, yha. Huft. Gak cuma lumpur yang menipu, tapi yang nginjak lumpur juga
suka nipu, yahah.
Telaga dewi, serupa tapi sama dengan Ranu Kumbolo
Telaga cantiknya Gunung Singgalang. Saya
menyebutnya Ranu Kumbolo-nya Gunung Singalang. Cantik. Hati damai dan tentram
jika melihat cerminan pepohonan sekitar yang tergambar di air telaga itu.
Lokasi tepi telaga dewi adalah lokasi camp favorit bagi pendaki karena dekat
dengan sumber air. Rata-rata tenda-tenda akan tersebar di setiap tepian telaga.
Namun tanah tepi telaga agak gembur, bisa becek banget kalau lagi hujan, jadi
kurang nyaman aja kalau mau camp. Mending cari lokasi yang agak jauh dari tepi
telaga. Di telaga dewi kita bisa menikmati sunset nya Gunung Singgalang yang
keren abis kalau cuaca lagi bersahabat.
Tower di puncak Gunung Singgalang.
Butuh
perjalanan kurang dari sejam untuk mencapai tower karena tracknya “lumayan”
heavy karena sana-sini banyak tumbuhan lumut bisa dibilang hutan lumut yang
licin. Saya sempat tidak sanggup karena oksigen kian menipis. Ya, saya
merasakan sesak napas karena kurangnya asupan oksigen yang efeknya
pusing-pusing sedikitlah. Agak cekit-cekit minta balik ke telaga lagi tapi
lagi-lagi ga mungkin balik sendirian, ck. But, finally MT. SINGGALANG 2877
MDPL!! Oyea, Akhirnya saya pernah mencoba merasakan pengalaman mendaki gunung,
sampe puncaknya, meski puncak gunung yang ini selayaknya ga bisa dibilang
puncak karena cuma ada tower doing, kesel, tapi yaudasih, yang penting bisa
muncak, ahehe.
Perjalanan
turun dari telaga dewi, kembali bertemu cadas. Kali ini bukan ngerakak tapi
ngesot, haha. Yang ada bokong jadi korban. Nyampe di basecamp kembali udah
serasa ga punya bokong. Kayak udah digerus tanah, haha, ga deng. Turun
gunung lebih asik menurut saya daripada naik. Yawla, kalo turun gunung mah
lutut berasa longgar, kalo naik engsel berasa copot.
Pendakian
gunung emang capek, pake kebangetan. Pulang-pulang udah berasa jadi kakek nenek
yang badannya udah reot, susah di apa-apain. Tapi itu mah cuma sesaat. 1-3 hari
aja cukup merasakan penderitaan dari pendakian gunung, habis itu, yang
benar-benar kerasa banget feel perjalanannya, bakal KANGEN, pake BANGET BANGET.
See
you all di cerita muncak selanjutnya, Jangan rindu saya, rindu gunung aja,
haha, Bye.
Postingan kali ini bertema KUCING! Yeay!!
Untuk sekedar info, I’m a fan of cat! Really
really love cat!
Bahkan aku adalah salah satu orang aneh
yang begitu menyukai kucing yang mungkin pernah kamu jumpai, haha bisa
dibuktikan ketika kamu ngeliat interaksi ku saat bersama kucing. Haha, It’s
really freak!
Gak semua orang sih yang suka kucing. Dan
gak semua orang yang suka kucing menyukai kucing seperti aku menyukai kucing. Duh
bahasanya, ribet -_-
Tapi heran juga sih sama orang yang gak
suka ataupun yang takut kucing, secara ya kucing kan imut gitu kenapa ditakutin
segala. Balik lagi sih ke pribadi masing-masing, kalau aku sih emang bener
bener bener demeen sama kucing. Bahkan saat kehilangan kucing pun ngegalaunya gak
jauh beda dengan ketika kehilangan pacar, jeblekk!! Bahkan lagi-mungkin agak
aneh- sebelum punya pacar pun rasanya gak seperti jomblo ngenes karena kucing
udah aku anggep (cuma dianggep yaa) pacar hahah gilaa! :P
Sudah, sudah, sebenarnya pengen
nge-review kucing-kucing yang pernah singgah di hati gue eakk! Haha gak lah, mungkin
yang pernah ditakdirkan untuk menemani kesepian saja, cieeilee macam gak ada kerjaan aja pake kesepian
segala phff -_-
Pertama kalinya tinggal di asrama
sedikit membuatku takut ya, karena banyak rumor yang beredar kalau yang namanya
asrama itu angker alias nyeremin. Katanya sih kalau tinggal di asrama itu gak
enak dan nyusahin karena banyak aturan. Dan bla bla bla lainnya yang sempat
diucap oleh sebagian orang menanggapi kata ‘asrama’.
Sebenarnya sih kalau seseorang emang gak
suka terhadap suatu tempat misalnya, kemungkinan dia akan ngomong ini-itu
berkomentar nunjukin kalau dia gak suka tempat itu. Dia akan berusaha mengajak
orang lain setuju dengan pendapatnya yang belum tentu pasti. Apalagi tinggal di asrama dimana kata asrama
‘memang’ sudah dikenal sedikit membawa aura-aura aneh. Pernah seorang kenalan
yang berkomentar ‘ah gak enak tinggal di
asrama, dari luar aja udah kelihatan’. Yaya, boleh aja sih punya pendapat
seperti itu. Tapi begini ya, sebaiknya jangan terlalu berkomentar banyak lah sebelum
merasakan atau mengalaminya.